Thursday, 21 August 2014

6 CARA MENGAJARKAN ANAK UNTUK TIDAK EGOIS

6 CARA MENGAJARKAN ANAK UNTUK TIDAK EGOIS - Anak memiliki sifat egois adalah hal yang lumrah atau wajar, tinggal bagaiman para orang tua untuk mengurangi sifat egois pada anak anaknya sehingga memiliki rasa berbagi kepada orang sekitarnya, berikut ini kami akan membahas mengenai penyebab dari anak memiliki sifat egois dan Bagaimana Cara Mengajarkan kepada Anak Kita untuk idak Bersifat Egois, Selamat membaca...

6 CARA MENGAJARKAN ANAK UNTUK TIDAK EGOIS


Beberapa ciri anak yang egois:1. Anak-anak yang egois adalah anak-anak yang tidak bisa menyeimbangkan kedua hal ini, dia hanya bisa mengutamakan dan hanya mengutamakan kepentingannya bahkan kadang-kadang tidak bisa menomerduakan kepentingan orang lain sebab baginya tidak ada kepentingan orang lain; yang ada adalah kepentingan diri sendiri.

2. Menganggap diri sebagai kasus khusus. Dalam arti keinginannya harus didahulukan sebab dia merupakan kasus perkecualian.

 3. Tapi anak yang egois tidak harus manja, yang jelas nyata adalah dia menuntut. Dan ciri ketiga ini juga sangat dominan yaitu, tuntutannya memang tidak mengenal batas. Seolah-olah kapanpun dia memintanya, dimanapun dia memintanya, apapun yang dimintanya harus dituruti.

4. Perasaan tidak aman, Anak mengalami rasa tidak aman ketika berhubungan dengan orang lain, yang mungkin hal ini disebabkan karena pengalaman pernah ditolak atau ditinggalkan. Karena anak merasa tidak aman, dan penuh kekhawatiran saat menjalin relasi dengan orang lain, anak jadi lebih suka sendirian, dan berusaha mencari kesenangan sendiri. Anak-anak yang sering disakiti oleh orang lain juga cenderung mengalami trauma yang kemudian menyebabkan mereka takut untuk dekat atau mendekatkan diri pada orang lain. Perasaan tidak aman yang disebabkan oleh faktor-faktor lain juga bisa menyebabkan anak lebih suka menyendiri, misalnya perasaan tidak aman yang disebabkan karena orangtua memperlakukan anak secara tidak konsisten, suka menggoda anak.

Ada dua kondisi utama yang menyebabkan anak-anak menjadi egois sbb:
A. Orang tua atau keluarga yang memberi perhatian kepada anak secara berlebihan. Kadangkala itu terjadi tanpa disengaja.
    ciri-cirinya:
    A.a.  Orang tua yang memberikan perhatian berlebihan kepada anak adalah orangtua yang terlalu memuja-muja anak, baik secara langsung atau tidak langsung.
    A.b. Adakalanya orang tua kurang menyoroti kelemahan anak karena terlalu meninggikan dan mengagungkan si anak. Sehingga jarang membicarakan kelemahan si anak, dan akibatnya kurang menuntut anak memperbaiki dirinya di dalam kekurangan-kekurangannya.
   A.c. Orang tua terlalu bergantung pada anak sebagai pemenuh kebutuhan emosional mereka sendiri.
   A.d. Orang tua kurang mendisiplin anak.

B. Orang tua yang tidak mendisiplin anak dengan baik sehingga semua yang anak-anak minta dituruti tanpa batas.

Cara Mengajarkan untuk tidak memiliki sifat egois: 1. Kita harus membesarkan anak dengan suatu pengertian bahwa anak itu membutuhkan dua hal yang hakiki. Yang pertama adalah anak-anak membutuhkan cinta kasih, yang kedua anak-anak juga membutuhkan disiplin.

2. Yang sulit justru untuk menolong orang tuanya, apalagi kalau orang tua yang sudah terlanjur misalnya mencurahkan perhatiannya yang terlalu banyak kepada anak, sehingga anaknya jadi egois. Atau orang tua yang sebaliknya. Sebab adakalanya memang orangtua memberi perhatiannya berlebih kepada anak, atau kebalikannya kurang memberi perhatian kepada anak karena mereka sendiri bermasalah dalam hubungan nikah mereka.

3. Meningkatkan penerimaan-diri anak, Anak yang merasa dirinya berharga, lebih merasa aman, dan selanjutnya perasaan aman ini membuat pikiran mereka tidak selalu terfokus pada diri sendiri, melainkan mereka bisa memikirkan juga kesenangan orang lain, dan mereka pun menjadi lebih tertarik untuk berinteraksi dengan orang lain. Orangtua bisa meningkatkan penerimaan-diri anak dengan cara menunjukkan sikap menerima, mencintai, dan menghargai anak dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Anak yang merasa diterima dan dicintai orangtuanya akan lebih mudah menyukai dirinya sendiri.

4. Mengajarkan kepedulian dan empati terhadap orang lain, Orangtua bisa mengajarkan kepedulian terhadap orang lain dengan menciptakan suasana keluarga di mana di dalamnya ada saling mengasihi dan memperhatikan. Empati juga bisa diajarkan orangtua dengan membicarakan bagaimana perasaan orang lain yang sedang mengalami sesuatu, misalnya ketika melihat di televisi orang-orang korban musibah banjir, orangtua bisa mengatakan, “Kasihan, ya, kalau rumah mereka terendam air berhari-hari, mereka pasti kedinginan.” Sesungguhnya, bagaimana orangtua memperlakukan anak, akan menginspirasi anak untuk melakukan hal yang serupa kepada orang lain. Jika orangtua memperhatikan dan berusaha memahami perasaan anak, anak pun akan belajar bersikap demikian pada orang lain. Melalui contoh nyata yang dilihat anak sehari-hari, anak akan belajar bagaimana berperilaku terhadap orang lain secara positif.

5. Menunjukkan efek positif dari sikap peduli terhadap orang lain, Orangtua perlu memberikan pengalaman yang membuat anak merasakan kebahagiaan dari melakukan perbuatan kasih terhadap orang lain. Sebagai contoh, orangtua bisa mengajak anak untuk mengumpulkan sisa uang jajan, dan kemudian membelikan makanan untuk anak-anak jalanan dari uang tersebut. Pada awalnya, orangtua perlu memberikan pujian secara langsung kepada anak saat anak menunjukkan perilaku peduli terhadap orang lain, namun selanjutnya, orangtua harus mendorong juga agar anak merasakan sendiri kebahagiaan dari tindakan yang dilakukannya itu.

6. Menunjukkan efek negatif dari sikap egois, Orangtua perlu mendiskusikan bersama anak tentang bagaimana perilaku egois yang dilakukan anak telah membawa akibat yang tidak baik. Akan tetapi, yang perlu diperhatikan adalah diskusi ini sebaiknya tidak dilakukan pada saat langsung sesudah anak melakukan tindakan egoisnya. Diskusi harus dilakukan pada situasi di mana anak merasa nyaman, dan dilakukan dengan cara yang membuat anak tidak merasa dihakimi. Dalam diskusi, anak diajak melihat kembali perilaku egois yang sudah dilakukannya, dan diajak menyadari bahwa perilakunya itu telah membawa akibat-akibat negatif. Akibat negatif yang bisa disoroti antara lain kejengkelan yang dirasakan orang lain, teman-teman yang menjauhinya. Kuncinya, dalam diskusi orangtua berusaha menunjukkan kepada anak bahwa sesungguhnya perilaku egois justru akan membuat dirinya sendiri rugi, kehilangan teman bermain, tidak disukai teman-teman, atau dicap buruk oleh teman-teman.
Dalam diskusi, orangtua juga bisa menyelidiki sebab-sebab anak berperilaku egois. Jika anak mempunyai persepsi negatif terhadap orang lain, orangtua bisa meluruskannya. Biasanya, anak-anak cenderung menggeneralisasikan pengalaman negatifnya sehingga mereka jadi berprasangka buruk terhadap orang lain, misalnya anak perempuan yang pernah dirusak bonekanya oleh seorang teman laki-laki, selanjutnya tidak mau lagi meminjamkan mainannya yang lain kepada temannya itu karena takut temannya itu akan merusak semua mainannya. Diskusi yang dilakukan orangtua bersama anak bisa bermanfaat untuk memperluas cara pandang anak dan membuat anak berpikir lebih fleksibel (tidak kaku) tentang orang lain.

Demikian Artikel kami yang berjudul 6 Cara Mengajarkan Anak untuk Tidak egois, selain itu baca artikel kami yang ttidak kalah menariknya ya 8 TRIK MENGATASI ANAK SUSAH MINUM OBAT, semoga bermanfaat, Thx

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.